Beberapa hari
belakangan ini berbagai media, dari media cetak sampai media elektronik sedang
gencar memberitakan “konflik” yang melibatkan dua lembaga negara. Saling adu
argumentasi para pengamat politik di media cetak ataupun media elektronik
menjadi sarapan bahkan makan malam para pemirsa di Indonesia bahkan luar
negeri. Ternyata hal tersebut bisa juga mempengaruhi indeks harga saham
gabungan ( IHSG ) Bursa Efek Indonesia. Tercatat menurut TEMPO.CO, indeks harga
saham gabungan berakhir di posisi yang cukup tinggi, yakni level 5.323,89.
Analis dari Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan,
selain dipengaruhi oleh penurunan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan
prospek pembangunan infrastruktur, kenaikan IHSG terbantu oleh stimulus bank
sentral Eropa ( ECB ) senilai 1,1 triliun euro.
Kebijakan
tersebut memberi harapan masuknya dana asing ke perdagangan saham dalam negeri.
Namun menurutnya hal ini akan sedikit tertahan kembali pekan ini. Pasalnya kita
sedang mengalami isu isu soal gonjang
ganjing stabilitas politik di dalam negeri. Dalam jangka pendek ia juga
menyarankan investor untuk tidak membeli saham – saham yang sudah naik terlalu
tinggi, seperti pada sektor perbankan, konstruksi, dan properti. Sebab, harga
saham yang tarlapau mahal cenderung dimanfaatkan para investor untuk melakukan
aksi ambil untung ( profit taking ). Investor asing akan memperhatikan
pergerakan kurs rupiah sebelum mengakumulasi pembelian saham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar