Situasi ekonomi
global tahun 2015 diperkirakan masih tertekan. Namun, Bank Negara Indonesia (
BNI ) dan Bank Mandiri optimistis
pertumbuhan kredit ekspor dan impor masih tetap mampu mencetak pertumbuhan
lantaran transaksi ekspor impor terus meningkat. Manajemen BNI mencatat, hingga
akhir November 2014, laju pertumbuhan transaksi ekspor lebih mendominasi
dibandingkan dengan transaksi impor. Transaksi ekspor tumbuh 14,5% dari US$
12,18 miliar menjadi US$ 13,94 miliar. Sedangkan transaksi impor di BNI mencatat
naik 3,7% dari US$ 13,38 miliar menjadi US$ 13,87 miliar.
Menurut para
pakar hal ini akan terus terjadi dikarenakan penguatan dollar yang
menguntungkan para eksportir. Penguatan dollar AS akan meningkatkan permintaan
kredit ekspor karena ini menjadi kesempatan bagi para eksportir untuk berlomba
lomba mengekspor produknya dan meningkatkan volume ekspor. Sementara kebalikan
dari eksportir, bagi para importir cenderung akan menahan diri untuk impor
karena akan membutuhkan lebih banyak rupiah untuk membeli barang yang di impor.
Hal ini juga
diperkuat oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang saat ini sedang gencar
membangun dan memperbaiki infrastruktur guna meningkatkan perekonomian dan
berpengaruh positif terhadap daya saing baraang ekspor asal Indonesia. Pada
sisi lain dengan pembangunan infrastruktur tersebut akan banyak barang modal yang
masih harus diimpor, sehingga peluang kredit impor pun akan ikut berpeluang
memiliki prospek yang cukup cerah.
Berdasarkan data
Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) per Oktober 2014, jumlah kredit ekspor bank umum
mencapai Rp 59,55 triliun. Jumlah ini memperlihatkan pertumbuhan sebesar 10,50%
jika dibanding perolehan pada Oktober 2013 yang mencapai angka Rp 53,89
triliun. Di lain sisi, kredit impor bank umum hanya mencapai Rp 53,41 triliun,
jumlah ini tercatat turun hingga 23,16% dibanding bulan Oktober 2013 yang
senilai Rp 69,51 triliun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar